Oleh Sardono Syarif
Bising genta-genta kota
Kian menyelimut telinga manusia
Berdering seirama kata tawar jual beli
Yang berani, jadi!
Menggelinding bersama roda-roda becak
Tarsimin anak lanangmu
Yang senantiasa kauharap pulang senang
Bising genta-genta kota
Kian menyatu kesibukan manusia
Siapa kalah rebut
Kalah mangsa
Siapa kalah angkut
Kalah jua imbal jasa
Bising genta-genta kota
Kian meluruh sengsara manusia
Colt-colt angkota masuk ke desa-desa
Gang-gang sempit pun tak kelewat diburunya
Anak lanangmu mbok, duh betapa malangnya!
Kian tersingkir
Kian terusir
Kian tergelincir
Kian terbuang
Kian terdesak
Oleh kekejaman kota
Apalah mbok yang mesti bisa kuperbuat lagi sekarang
Sedang bising genta-genta kota kian tegas memvonis
Anak lanang bungsumu jadi pengangguran total di Jakarta?
Mbok, dalam harapan yang hampir pudar ini
Doa simbok senantiasa Tarsimin damba
Sebab cuma Simboklah pahlawan leluhur beta.
Pekalongan, 1984-2009
KAMIPUN BANGKIT HARI INI
(5 Oktober)
Dengar genderang bertalu di negeri ini
Kamipun bangkit
Saksikan hari jadimu
Iringkan langkah tegapmu
Yang kini kian nyata perkasa
Di bumi persada
Dengar genderang bertalu di negeri ini
Kamipun bangkit
Banggakan semangat juangmu
Lindungi rakyat, bangsa dan negara
Hari ini
Meski cuma tinggal nyawa-nyawa nisbi
Kamipun bangkit
Serahkan padamu buah perjuangan ini
Yang telah kami tebus dengan sejuta raga dan jiwa
Wahai, angkatan bersenjata!
Di pundakmu dan rakyat
Kami titipkan ini kemerdekaan
Pikullah ia bersama kapan dan di mana saja
Jangan lengah!
Jangan lupa!
Perbanyak senjatamu
Persering latihanmu
Pertegap langkah barisanmu
Agar kau makin tampak wibawa di mata
Musuh-musuh kita
Meski kami cuma nyawa-nyawa nisbi
Yang tak mampu jadi pasukanmu lagi
Meski kami cuma nyawa-nyawa nisbi
Yang tak mampu mengatur barisanmu lagi
Meski kami cuma nyawa-nyawa nisbi
Yang tak mampu negur siagamu lagi
Namun hari ini
Meski cuma nyawa-nyawa nisbi
2
Kamipun bangkit tuk ingatkan padamu:
Pegang erat-eratlah terali merah putih ini
Agar dwiwarnanya tetap berkibar di angkasa raya
Junjung tinggi-tinggilah martabat bangsa
Dari semua ciri kepribadian timurnya
Serta setialah senantiasa pada Negara, Pancasila, dan UUD 1945
Di mana saja
Agar tetap jaya Indonesia
Negeri tercinta kita.
Pekalongan, 1984-2009
SEORANG SIMBOK BERSIMPUH DI PUSARA MAKAM PAHLAWAN
(10 NOVEMBER)
Anakku,
Hari ini kutabur bunga warna tiga di pusaramu
Agar kian harum namamu di pangkuanNya
Anakku,
Tenanglah kau beristirah
Usah gelisahkan embok yang kautinggalkan sendirian ini
Biar hidup sebatang kara
Embok tak pernah sedih
Embok amat bangga atas usaha juangmu
Yang tak sia-sia
Hingga negeri yang dulu kaucitakan merdeka,
Kini memang telah merdeka, anakku!
Dalam hidup kesendirian
Kini simbok bertekad meneruskan jerih lelahmu
Merebut kemerdekaan
Mengisinya dengan berbagai pembangunan di segala bidang
Anakku,
Doa simbok, damailah selalu bagimu di sorgaNya!
Pekalongan,1984-2009
Sardono Syarief, SDN 02 Lumeneng-Paninggaran, Pekalongan 51164
Bising genta-genta kota
Kian menyelimut telinga manusia
Berdering seirama kata tawar jual beli
Yang berani, jadi!
Menggelinding bersama roda-roda becak
Tarsimin anak lanangmu
Yang senantiasa kauharap pulang senang
Bising genta-genta kota
Kian menyatu kesibukan manusia
Siapa kalah rebut
Kalah mangsa
Siapa kalah angkut
Kalah jua imbal jasa
Bising genta-genta kota
Kian meluruh sengsara manusia
Colt-colt angkota masuk ke desa-desa
Gang-gang sempit pun tak kelewat diburunya
Anak lanangmu mbok, duh betapa malangnya!
Kian tersingkir
Kian terusir
Kian tergelincir
Kian terbuang
Kian terdesak
Oleh kekejaman kota
Apalah mbok yang mesti bisa kuperbuat lagi sekarang
Sedang bising genta-genta kota kian tegas memvonis
Anak lanang bungsumu jadi pengangguran total di Jakarta?
Mbok, dalam harapan yang hampir pudar ini
Doa simbok senantiasa Tarsimin damba
Sebab cuma Simboklah pahlawan leluhur beta.
Pekalongan, 1984-2009
KAMIPUN BANGKIT HARI INI
(5 Oktober)
Dengar genderang bertalu di negeri ini
Kamipun bangkit
Saksikan hari jadimu
Iringkan langkah tegapmu
Yang kini kian nyata perkasa
Di bumi persada
Dengar genderang bertalu di negeri ini
Kamipun bangkit
Banggakan semangat juangmu
Lindungi rakyat, bangsa dan negara
Hari ini
Meski cuma tinggal nyawa-nyawa nisbi
Kamipun bangkit
Serahkan padamu buah perjuangan ini
Yang telah kami tebus dengan sejuta raga dan jiwa
Wahai, angkatan bersenjata!
Di pundakmu dan rakyat
Kami titipkan ini kemerdekaan
Pikullah ia bersama kapan dan di mana saja
Jangan lengah!
Jangan lupa!
Perbanyak senjatamu
Persering latihanmu
Pertegap langkah barisanmu
Agar kau makin tampak wibawa di mata
Musuh-musuh kita
Meski kami cuma nyawa-nyawa nisbi
Yang tak mampu jadi pasukanmu lagi
Meski kami cuma nyawa-nyawa nisbi
Yang tak mampu mengatur barisanmu lagi
Meski kami cuma nyawa-nyawa nisbi
Yang tak mampu negur siagamu lagi
Namun hari ini
Meski cuma nyawa-nyawa nisbi
2
Kamipun bangkit tuk ingatkan padamu:
Pegang erat-eratlah terali merah putih ini
Agar dwiwarnanya tetap berkibar di angkasa raya
Junjung tinggi-tinggilah martabat bangsa
Dari semua ciri kepribadian timurnya
Serta setialah senantiasa pada Negara, Pancasila, dan UUD 1945
Di mana saja
Agar tetap jaya Indonesia
Negeri tercinta kita.
Pekalongan, 1984-2009
SEORANG SIMBOK BERSIMPUH DI PUSARA MAKAM PAHLAWAN
(10 NOVEMBER)
Anakku,
Hari ini kutabur bunga warna tiga di pusaramu
Agar kian harum namamu di pangkuanNya
Anakku,
Tenanglah kau beristirah
Usah gelisahkan embok yang kautinggalkan sendirian ini
Biar hidup sebatang kara
Embok tak pernah sedih
Embok amat bangga atas usaha juangmu
Yang tak sia-sia
Hingga negeri yang dulu kaucitakan merdeka,
Kini memang telah merdeka, anakku!
Dalam hidup kesendirian
Kini simbok bertekad meneruskan jerih lelahmu
Merebut kemerdekaan
Mengisinya dengan berbagai pembangunan di segala bidang
Anakku,
Doa simbok, damailah selalu bagimu di sorgaNya!
Pekalongan,1984-2009
Sardono Syarief, SDN 02 Lumeneng-Paninggaran, Pekalongan 51164
Leave a Reply