SELAMAT DATANG DI BLOG AGUPENA PEKALONGAN

Jumat, 29 Oktober 2010

Puisi-puisi Religius Sardono Syarif

Posted by AGUPENA Pekalongan on 08.00 1 komentar

JIKA SUDAH SIAP
Jika sudah siap
Apalagi yang engkau pikirkan
Sementara keranda telah menunggumu di halaman

Jika sudah siap
Apalagi yang engkau ragukan
Sementara adzan telah lama diperdengarkan

Jika sudah siap
Apalagi yang engkau renungkan
Sementara Munkar Nakir telah menunggumu di kuburan

Jika sudah siap
Cepat berangkat
Bukankah para pelayat
Telah usai sholat
Siap mengiringimu dengan kalimat sahadat

Jika sudah siap
Berangkat
Cepat !
Pekalongan, 25 Mei 2010

MAU APA?
Mau apa
Jika nafas telah meninggalkan raga
Menangis
Meronta
Mengharap iba
Semua tak berguna
Sia-sia!

Mau apa
Jika raga telah tak bernyawa
Mengharap kembali ke dunia
Mana bisa
Sedang pentas sandiwara
Telah ditutup tirainya

Mau apa
Jika yang Esa
Telah memanggilmu pulang ke asalnya?
Pekalongan, 25 Mei 2010

KITA INI APA?
Kita ini apa
Raja
Presiden
Menteri
Hakim
Penguasa
Semua tak berarti apa-apa

Kita ini apa
Selain sebutir debu
Yang mudah ditiupNya
Dan kan lenyap begitu saja
Kita ini bukan apa-apa
Kita ini apa…..?
Pekalongan, 25 Mei 2010

SEBENTAR LAGI
Sebentar lagi
Jangan Kaujemput aku detik ini
Sebentar lagi
Biarkan dulu aku selesai mengaji
Sebentar lagi
Kautunggu aku di sini
Sebentar lagi
Aku kan berkemas diri
Sebentar lagi
Nanti Kau kan kukabari
Sebentar lagi
Silakan Kauajak aku berlari
Menghadap Illahi
Pekalongan , 25 Mei 2010

SAJADAH
Kau saksiku berdiri lima kali
Menghadap Gusti
Kau saksiku berdiri seringkali
Tiap malam sepi begini
Kau saksiku berdiri
Meratap harap ridlo Illahi
Sajadah
Masih bisakah
Noktah dosaku
Diampuni Allah?

Pekalongan, 25 Mei 2010

DI ATAS GUNDUKAN TANAH MERAH
Di atas gundukan tanah merah
Diri tertegun
Siapakah di dalamnya jasad yang ditimbun?
Di atas gundukan tanah merah
Diri senantiasa berpikir
Pernahkah selama hidup si jasad mengalunkan dhikir?
Di atas gundukan tanah merah
Diri tak habis bertanya
Sedang mengapakah si jasad di sana?
Ditanyaikah
Dihukumkah
Bahagiakah
Menderitakah
Ah, sungguh diri tak mengerti
Sebab jarak pandang mata kita
Terbatas sudah
Antara hidup dan mati
Di atas gundukan tanah merah
Di dalamnya kita bakal menyerah!
Paninggaran, 1991/2009




1 Response so far:

Qonitacentil.blogspot.com mengatakan...

aku merinding membacanya
seolah aku pelakunya
aku juga sering lupa
aku ini siapa
ya rabbi...ya rabbi...
ampuni dosa diri
atas semua laku kiri
keji dan tak kenal peri
agar aku bisa kembali dalam suci

Leave a Reply